Monday, 26 November 2018

Stoikiometri

Blog kali ini membahas tentang penuntun praktikum kimia dasar stoikiometri



                     STOIKIOMETRI

2.1. RUMUS EMPIRIS
Tujuan
• Untuk menentukan rumus empiris dua senyawa oleh reaksi kombinasi
• Untuk menentukan rasio mol produk dekomposisi senyawa
Pengantar
Ikhtisar: Cawan krus massa konstan digunakan untuk pemanasan atau penguraian senyawa komposisi tetap
atau komposisi variabel. Pengukuran massa sebelum dan setelah pemanasan yang digunakan untuk
menghitung rumus empiris senyawa. Cawan ini akan disediakan oleh asisten sesuai dengan jumlah
percobaan.
Alat :
Neraca analitik (0,1 mg), desikator + silika gel, cawan krus, pipet tetes, batang pengaduk, segitiga porselen,
pembakar spirtus, penjepit kayu, dan amplas.
Bahan:
HNO3 6 M, akuades, Pita Mg (5–7 cm), CaCO3.
A. Persiapan Cawan Krus
1. Siapkan cawan krus yang bersih beserta tutupnya. Cawan krus yang sering digunakan cenderung
membentuk fraktur atau retak. Jangan gunakan cawan yang retak.
2. Letakan cawan krus beserta tutupnya di atas segitiga porselen, dan panaskan dengan api kecil selama
sekitar 5 menit.
3. Biarkan pendinginan secara perlahan-lahan sampai pada temperatur ruangan.
4. Ukur massa cawan dingin dan tutupnya setelah pemanasan. Gunakan penjepit khusus untuk cawan
dan tutup. Jangan gunakan jari-jari anda untuk memegang cawan.
B. Kombinasi Reaksi Magnesium dan Oksigen
1. Bersihkan (dengan wol baja atau amplas) 0,15–0,20 g pita magnesium. Tekuk pita dan simpan di dasar
cawan krus.
2. Timbang dan catat massa (ketelitian ± 0,001 g) dari sampel magnesium, cawan, dan tutup.
3. Tempatkan cawan yang berisi pita Mg berserta tutup pada segitiga porselin.
4. Panaskan sampel di udara terbuka. Sesekali angkat tutup untuk memungkinkan udara mencapai pita
Mg (lihat Gambar). Jika terlalu banyak udara kontak dengan pita Mg, akan terjadi oksidasi yang cepat.
Pita Mg akan terbakar menyala terang (hindari ini agar tidak terjadi, jika tidak, selain percobaannya
gagal, juga sinar pijar bisa menyebabkan kebutaan mata sementara).
Segera kembali tutup cawan dan biarkan dingin, dan kembali pada
persiapan cawan berikutnya untuk pengulangan percobaan
kedua.
5. Lanjutkan dengan perlahan pemanasan cawan sampai tidak ada
perubahan yang terlihat jelas dalam abu magnesium di bagian
bawah cawan.
6. Buka tutup cawan; teruskan pemanasan terbuka cawan dan abu
untuk sekitar 30 detik.
7. Biarkan dingin di temperatur ruangan. Jangan sentuh dengan
tangan!
8. Timbang massa cawan dan isinya dengan tutup, pada
keseimbangan yang sama seperti dilakukan sebelumnya. Catat
massanya.
9. Lakukan pekerjaan di atas secara duplo.
10. Tentukan perbandingan mol magnesium terhadap oksigen, dan
dengan demikian rumus empiris, dari senyawa murni bisa
ditentukan.
C. Reaksi Penguraian dari Senyawa Murni
Senyawa murni CaCO3 terurai menjadi kalsium oksida dan karbon dioksida. Ulangi bagian A.1 untuk
mempersiapkan cawan untuk analisis. Sebelumnya senyawa murni dikeringkan lebih dulu sebelum
analisis. Periksa dengan asisten.
1. Siapkan sampel. Masukkan sekitar 1 g senyawa murni dalam cawan bersih dan ukur massa (ketelitian
± 0,001 g) dari sampel dan wadah. Tutup tidak perlu digunakan untuk percobaan ini. Catat massa
senyawa.
2. Panaskan cawan, secara bertahap dengan mengintensifkan panas. Jaga api tetap kecil selama kurang
lebih 20–25 menit.
3. Biarkan sampel dingin (disimpan dalam desikator, jika tersedia). Jangan sentuh langsung dengan jari!
4. Tentukan massa dari isi dan wadah. Jangan sentuh langsung dengan jari!
5. Ulangi Bagian C.1 - C.3 sampai ketelitian ± 1% reproduksibilitas massa diperoleh.
6. Ulangi untuk pekerjaan duplo.
7. Tentukan perbandingan mol kalsium oksida dan karbon dioksida dalam senyawa murni.
2.2. PENENTUAN PEREAKSI PEMBATAS & PENGENDAPAN GARAM
Tujuan
• Untuk menentukan reaktan pembatas dalam campuran dua garam larut
• Untuk menentukan komposisi persen setiap zat dalam campuran garam
Pengantar
Ikhtisar: Pada Bagian A, massa sampel diukur dari campuran garam CaCl2.2H2O dan K2C2O4 padat dengan
persen komposisi tak diketahui, ditambahkan ke dalam air. Endapan yang terbentuk diaduk, disaring, dan
dikeringkan, dan massanya yang diukur. Pengamatan dari tes pada larutan supernatan di Bagian B
menentukan garam yang dalam campuran adalah reaktan pembatas. Analisis data dilakukan untuk
penentuan komposisi persen campuran garam. Dua uji coba direkomendasikan untuk percobaan ini. Untuk
mempercepat analisis, pengukuran massa campuran garam padat tidak diketahui, dalam gelas kimia 150 atau
250 mL yang bersih, duplikat. Berilah label yang jelas agar tidak tertukar untuk menghindari terjadi mencampurkan sampel dan larutan. Sediakan sekitar 2–3 g campuran garam CaCl2.2H2O dan K2C2O4 yang
tidak diketahui persen komposisinya.
Alat:
Gelas kimia 500 mL, gelas kimia 250 mL, labu erlenmeyer 250 mL, kaca arloji, pipet tetes, batang pengaduk,
water bath, corong Ø 60 mm, tabung sentrifuga 75 mm, rak tabung, oven, sentrifuga, termometer 1000C.
Bahan:
K2C2O4, CaCl2.2H2O, indikator pH universal, NH3, kertas saring Whatman No. 42, akuades.
A. Pengendapan CaC2O4.2H2O dari Campuran Garam
1. Siapkan campuran garam
a. Timbang massa campuran garam
• Ukur massa (ketelitian ± 0,001 g) dari gelas kimia 1 dan catat untuk Percobaan 1.
• Pindahkan sekitar 1 g campuran garam ke gelas kimia, ukur dan catat massa gabungan gelas
kimia + sampel.
b. Menyesuaikan pH air suling
• Isi sebuah gelas kimia 400 mL dengan air suling.
• Uji dengan kertas pH. Jika air bersifat asam, netralkan larutan dengan menambahkan
beberapa tetes larutan NH3 6 M. Uji larutan dengan kertas lakmus.
c. Campurkan air suling dan garam
• Tambahkan sekitar 150 mL air suling dari Bagian A.1b ke campuran garam.
• Aduk campuran dengan batang pengaduk selama 2–3 menit sampai memungkinkan
endapan mengendap. Tinggalkan batang aduk dalam gelas.
2. Digest endapan
a. Tutup gelas dengan kaca arloji dan panaskan larutan di atas penangas air untuk temperatur tidak
melebihi 750C selama kurang lebih 15 menit. Secara berkala aduk larutan dan sementara itu
melanjutkan ke bagian A.3.
b. Setelah ± 15 menit, keluarkan dari penangas air dan biarkan mengendap; larutan tidak perlu
didinginkan pada temperatur kamar.
c. Sementara endapan menetap, panaskan (70–800C) sekitar 30 ml air suling untuk digunakan
sebagai air pencuci untuk bagian A.5.
3. Menyiapkan peralatan penyaringan gravitasi (atau vacuum)
a. Tulis inisial anda (menggunakan pensil) di selembar kertas saring Whatman No. 42 atau
Fisherbrand kertas Q2.
b. Ukur dan catat massa (ketelitian ± 0,001 g).
c. Tempelkan kertas saring ke dalam corong dengan sedikit air suling.
d. Buang air suling dari gelas penampung. Kembali ke Bagian A.2b.
4. Mengambil dan menyimpan supernatan.
Setelah endapan mengendap dan supernatan pada
bagian A.2b telah dibersihkan, gunakan pipet tetes
untuk mengambil supernatan, lalu masukkan ke
dalam dua tabung reaksi 75 mm hingga mencapai
setengah bagian (beri label "1" dan "2" pada
masing-masing tabung reaksi). Simpan untuk Bagian
B.
5. Saring endapan CaC2O4.H2O.
a. Sementara larutan yang tersisa dari campuran
garam dari Bagian A.4 masih hangat, pindahkan
secara kuantitatif endapan ke kertas saring
(lihat Gambar).
b. Pindahkan endapan yang menempel di dinding
gelas kimia ke kertas saring dengan bantuan
bulb karet.
c. Cuci endapan yang tersisa di kertas saring
dengan 5 mL air hangat (dari Bagian A.2c)
sebanyak 3–4 kali.
6. Pengeringan dan pengukuran jumlah endapan CaC2O4.H2O
a. Lepaskan kertas saring + endapan dari corong saring.
b. Biarkan endapan pada kertas saring kering di udara sampai percobaan berikutnya atau keringkan
dalam oven 1100C (temperatur pengeringan konstan selama beberapa jam atau semalam).
c. Timbang dan catat massa gabungan (± 0,001 g) dari endapan dan kertas saring.
7. Rumus molekul dari endapan
Jika endapan dikeringkan di udara, maka endapannya adalah CaC2O4.H2O; jika dikeringkan dengan
pada oven temperatur ≥1100C, maka endapannya adalah CaC2O4 anhidrat. Catat massa endapan
kering pada lembar Laporan
B. Penentuan Reaktan Pembatas
Dari dua percobaan berikut, kita dapat menentukan reaktan pembatas dalam campuran garam asli.
Beberapa kekeruhan mungkin muncul dalam kedua percobaan, tapi salah satu percobaan akan
menunjukkan formasi endapan yang benar.
1. Sentrifugasi dua sampel supernatan yang dikumpulkan dari Bagian A.4.
2. Uji untuk kelebihan C2O4
2-
Tambahkan dua tetes (larutan pereaksi uji) CaCl2 0,5 M untuk cairan supernatan dalam tabung reaksi
1. Jika terbentuk endapan, maka yang lebih adalah C2O4
2- dan Ca2+ adalah reaktan pembatas dalam
campuran garam asli.
3. Uji untuk kelebihan Ca2+
Tambahkan dua tetes (larutan pereaksi uji) K2C2O4 0,5 M ke cairan supernatan dalam tes tabung 2.
Jika terbentuk endapan, berarti Ca2+ yang berlebih dan C2O4
2- adalah reaktan pembatas dalam
campuran garam asli.
2.3. ANALISIS VOLUMETRIK
Tujuan
• Untuk mempersiapkan dan standarisasi larutan natrium hidroksida
• Untuk menentukan konsentrasi molar asam kuat
Pengantar
Ikhtisar: Analisis volumetri adalah analisis kuantitatif dimana kadar dan komposisi dari sampel ditetapkan
berdasarkan volume pereaksi (volume diketahui) yang ditambahkan ke dalam larutan uji, hingga komponen
yang ditetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Proses tersebut dikenal dengan titrasi.
Oleh karena itu, analisis volumetri disebut juga analisis titrimetri. Suatu larutan NaOH disiapkan dengan
konsentrasi perkiraan. Konsentrasi molar yang lebih akurat dari larutan NaOH (sebagai titran) ditentukan
dengan menggunakan kalium hidrogen ftalat kering sebagai standar primer. Larutan NaOH yang sekarang
adalah larutan standar sekunder, kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi molar larutan asam
yang tidak diketahui.
Alat:
Gelas kimia 100 mL, labu erlenmeyer 250 mL, pipet volum 25 mL, desikator + silika gel, pipet tetes, batang
pengaduk, oven, buret 50 mL, statif + penjepit buret, pipet ukur 10 mL.
Bahan:
KHP, NaOH, indikator PP, Etanol 90%, cuka dapur, akuades.
A. Standarisasi Larutan Natrium Hidroksida
Untuk mendapatkn hasil percobaan yang baik (±1% reproduktifitas) lakukan setidaknya tiga kali
percobaan dalam standarisasi larutan NaOH ini. Siapkan tiga labu titrasi atau erlenmeyer 125 mL atau
250 mL yang bersih untuk titrasi.
1. Keringkan asam standar primer. Keringakn 2–3 gram kristal KHC8H4O4 pada oven 1100C selama
beberapa jam dalam temperatur konstan pengeringan. Dinginkan sampel dalam desikator.

2. Siapkan larutan NaOH 0,01 M perkiraan.
3. Siapkan larutan asam standar primer.
• Hitung massa KHC8H4O4 yang akan dibutuhkan sekitar 15–20 mL larutan NaOH 0,01M untuk
mencapai titik stoikiometri.
• Timbang massa dari KHC8H4O4 diselembar kertas timbang, dan pindahkan ke labu Erlenmeyer
bersih berlabel. Siapkan untuk tiga sampel.
• Larutkan KHC8H4O4 dengan ±50 mL air suling dan tambahkan 2 tetes fenolftalein.
4. Siapkan titran.
• Cuci buret 50 mL dengan menggunakan sabun dan air serta sikat buret panjang.
• Bilas buret dengan air keran dan bilas beberapa kali dengan air suling.
• Bilas buret tiga kali dengan 5 mL larutan NaOH yang sudah diencerkan, pastikan bahwa larutan
sudah membasahi seluruh permukaan dalam buret.
• Tiriskan setiap pembilas melalui ujung buret.
• Isi buret. Gunakan corong bersih untuk memasukkan larutan NaOH.
• Setelah 10-15 deti, baca volume dengan melihat bagian bawah meniskus (buret dapat diatur dari
berdiri atau bergerak naik atau turun dalam penjepit buret untuk menyederhanakan pembacaan
ini, jangan berdiri di atas bangku laboratorium untuk membaca meniskus).
• Tempatkan selembar kertas putih di bawah labu erlenmeyer.
5. Titrasi asam standar primer.
• Perlahan-lahan tambahkan titran NaOH untuk sampel asam pertama yang disiapkan di Bagian
A.3.
• Aduk labu (dengan tangan yang tepat) setelah setiap penambahan.
• Awalnya, tambahkan larutan NaOH secara bertahap 1 sampai 2 mL lalu diaduk dengan cara
menggoyangkan labu. Saat mendekati titik stoikiometri, pemudaraan warna indikator terjadi
lebih lambat.
• Sesekali bilas dinding labu dengan air deionisasi (direbus terlebih dahulu) dari botol pencuci
Anda.
• Lanjutkan penambahan titran NaOH sampai titik akhir tercapai. Dalam tititk akhir titrasi warna
pink harus bertahan selama 30 detik. Setelah 10–15 detik, baca dan catat volume akkhir NaOH
dalam buret.
6. Ulangi analisis dengan sampel asam standar tersisa. Isi ulang buret dan ulangi titrasi dengan dua
sampe yang tersisa.
7. Hitung konsentrasi molar larutan NaOH yang diencerkan. Konsentrasi molar dan larutan NaOH
dari tiga analisis harus berada dalam jarak ±1%
B. Konsentrasi Molar Larutan Asam
Tiga sampel asam dengan konsentrasi yang tidak diketahui harus dianalisis. Siapkan tiga Erlenmeyer 125 mL
atau 250 mL yang bersih untuk penentuan ini.
1. Siapkan sampel asam yang konsentrasinya
tidak diketahui. Masukkan 25 mL larutan asam
ke dalam Erlenmeyer.
2. Tambahkan 2 tetes fenolftalein.
3. Lakukan titrasi dengan mengisi buret dengan
larutan standar NaOH, kemudian, setelah 10–
15 detik, baca dan catat volume awal NaOH.
Titrasi sampel asam sampai tercapai titik akhir
titrasi. Baca dan catat volume akhir titran.
4. Lakukan titrasi larutan asam secara duplo.
5. Hitung konsentrasi molar rata-rata dari sampel asam tidak diketahui.

Nah berikut itu adalah beberapa penuntun percobaan pada praktikum kimia dasar berjudul stoikiometri , semoga bermanfaat.

Pengenalan alat-alat dan teknik-teknik laboratorium kimia

Blog kali ini membahas Peralatan Dasar Laboratorium

Peralatan laboratorium sederhana yang biasa digunakan di laboratorium kimia dasar umumnya terdiri dari peralatan gelas yang sering digunakan dan sangat diperlukan sebagai sarana dan alat bantu untuk melakukan
percobaan sederhana.
Beberapa peralatan yang umum dipakai di laboratorium adalah :
• Gelas kimia (beaker glass) berbagai ukuran yang ditulis di bagian luar. Ukuran ini sesuai dengan kapasitas
penampungannya. Digunakan untuk menampung cairan atau larutan serta memanaskannya, dan terbuat
dari gelas tahan panas seperti pyrex.
• Erlenmeyer, sama seperti gelas kimia, namun karena berbentuk labu, erlenmeyer bisa digunakan untuk
mengaduk cairan melalui pengocokan, dan digunakan dalam titrasi. Untuk titrasi ini ada labu yang disebut
labu titrasi, yang bentuknya mirip erlenmeyer tetapi lehernya lebih lebar.
• Gelas ukur (Graduated cylinder), untuk mengukur volume cairan yang terdapat di dalamnya (berukuran),
juga terdiri dari berbagai macam ukuran/kapasitas.
• Pipet (pipette), untuk mengukur volume cairan yang kita ambil atau perlukan. Ada beberapa macam jenis
pipet, antara lain:
a. pipet seukuran (volumetric) digunakan untuk mengambil sejumlah volume cairan (dengan tepat);
b. pipet berukuran (graduated measuring) yang dapat mengatur jumlah volume cairan dengan teliti;
c. pipet tetes (dropping pipet) yang bisa mengambil sejumlah kecil cairan.
• Buret (burette), hampir sama seperti pipet berukuran, namun buret mempunyai kran untuk mengatur
keluarnya cairan sehingga kita tidak perlu membaca ukurannya setiap saat. Alat ini dilakukan untuk
melakukan titrasi.
• Tabung reaksi, terbuat dari gelas, berbagai macam ukuran yang menunjukkan kapasitasnya.
• Kaca arloji (watch glass), terbuat dari gelas bening dengan berbagi ukuran diameter, digunakan untuk
reaksi atau penguapan sederhana.
• Corong (funnel), terbuat dari gelas atau poselen, digunakan untuk menyaring secara gravitasi. Terdiri dari
corong tangkai panjang dan pendek.
• Corong buchner, sejenis corong yang terbuat dari porselen. Corong ini digunakan untuk penyaringan
cepat dengan penyedotan (suction) melalui penghisap/vacum, juga dilengkapi dengan labu hisapnya.
Banyak digunakan di laboratorium organic.
• Corong pisah (separating funnel), terbuat dari gelas, digunakan untuk memisahkan dua lapisan cairan
atau lebih, dalam cara pemisahan dengan teknik ekstraksi.
• Cawan, terbuat dari porselen, berbagai ukuran kapasitas digunakan untuk menguapkan larutan.
• Cawan krus (crucible), seperti cawan porselen hanya lebih tinggi ukurannya, digunakan untuk
menguapkan dilanjutkan pemijaran zat padatnya.
• Spatula, dengan berbagai ukuran, terbuat dari besi dan gelas, gunanya untuk mengambil zat padat.
• Kaca pengaduk, terbuat dari gelas, digunakan untuk mengaduk larutan dalam labu.
• Kaki tiga, terbuat dari besi yang menyangga ring, digunakan untuk memanaskan.

Alat pembakar (bunsen)
Ada beberapa pembakar yang biasa digunakan di laboratorium, antara lain pembakar bunsen, mekeer dan
fisher, yang pada prinsipnya sama. Alat ini didesain agar lebih efisien dan efektif dalam penggunaanya, karena
kuantitas dan kualitas panas yang dihasilkannya bisa diatur dengan menggunakan kran penyalur gas
(kuantitas) dan keping udara (kualitas panas).
Kenalilah bau gas yang digunakan pada alat pembakar anda (Awas gas ini beracun)
Cara menyalakan dan mematikan pembakar bunsen :
1. Lihat posisi stop kran gas dari pusat gas yang ada di bawah meja
2. Membuka gas putar sampai lurus sejajar dengan pipa besi dan bila telah lurus, gas berarti sudah mengalir
3. Lihat posisi pengatur udara di bunsen (besi yang dapat diputar) jika kelihatan di bawah harus diputar
dengan dinaikkan terlebih dahulu.
4. Buka stop kran gas yang ada di atas meja sampai full, karena pengaturan api bukan dari stop kran
5. Segera siapkan korek api agar tidak terlalu lama waktu menyalakan api (tidak membuang gas)
6. Bila bunsen sudah menyala barulah pengatur udara diatur sedemikian rupa sampai api berwarna biru,
kurang lebih seperti semula karena bekas terpakai.
7. Bila terjadi kobaran api karena selang gas longgar tidak usah panik, matikan dengan memutar kran gas
yang di atas meja, maka api akan mati dengan sendirinya
8. Untuk mematikan bunsen, putar kembali stop kran gas di atas meja sampai full kembali. Jika tidak
tertutup full maka api akan mati tetapi gas masih mengalir dan menimbulkan bau gas
9. Jika api sudah mati semua, tutup kembali stop kran pusat (warna orange) yang dibawah meja.
Cara Memanaskan Cairan / Larutan
Secara umum anda harus sangat memahami segi keamanan yang meliputi tempat kerja, peralatan, zat, orang
disekitar dan tentu saja diri sendiri. Masalahnya, bagaimana memanaskan cairan dengan aman? Suatu hal
yang sebisa mungkin harus dihindari pada pemanasan cairan yaitu bumping (cairan menggelegak tiba-tiba).
a. Memanaskan cairan dalam tabung reaksi:
• Jangan mengarahkan mulut tabung reaksi kepada tetangga atau diri sendiri
• Jepitlah tabung di dekat mulutnya
• Miringkan ke arah yang aman, panaskan sambil sebentar-sebentar dikocok
• Lakukan pengocokan terus beberapa saat setelah api dijauhkan / tidak dipanaskan lagi
b. Memanaskan cairan dalam gelas kimia atau erlenmeyer, harus menggunakan :
1. Batang pengaduk
2. Batu didih
Untuk pemanasan menggunakan Erlenmeyer dapat dilakukan dengan cara memanaskan langsung di atas api
(untuk pelarut yang tidak mudah terbakar) sambil cairan digoyangkan/diputar dan sekali-kali diangkat bila
terasa sudah akan mendidih.Cara Membaca Volume Gelas Ukur
Gelas ukur atau labu ukur adalah alat untuk mengukur
jumlah cairan yang terdapat di dalamnya. Oleh karena
itu skala 0 (dalam mililiter, mL) akan terletak di bagian
bawah. Masukkanlah jumlah zat cair yang akan diukur
volumenya, lalu tepatkan dengan pipet tetes sampai
skala yang diinginkan. Yang penting disini adalah cara
membaca skala yakni harus dibaca tepat pada garis
singgung skala dengan bagian bawah meniskus cairan.
Meniskus adalah garis lengkung (untuk air akan
cekung) permukaan cairan akibat adanya gaya adhesi
atau kohesi zat cair dengan gelas.
Cara Menggunakan Buret
Buret adalah alat khusus di laboratorium kimia karena dari segi kegunaannya, buret merupakan gabungan
dari seluruh pipet. Buret memiliki kelebihan dibandingkan pipet berukuran, karena saat mengeluarkan cairan
tidak perlu diawasi skalanya. Alat ini digunakan untuk melakukan pekerjaan titrasi, yaitu cara penentuan
konsentrasi suatu larutan dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya dengan metode ekivalensi,
misalnya asam basa atau redoks.
Cara menyiapkan buret
Bagian dalam pipa buret harus bersih dan bebas lemak,
untuk itu harus dilakukan pencucian khusus. Kran ditutup
kemudian masukkan cairan/larutan dari atas melalui
corong gelas. Perhatikan apakah kran bocor, jika bocor,
buka dan oleskanlah sejumlah vaselin. Isi sampai melebihi
skala 0, lalu dengan membuka sedikit kran, atur
permukaan meniskus cairan menyinggung garis skala 0 mL
(bagian atas buret).
Cara menggunakan buret (dalam titrasi)
Siapkan labu titrasi yang telah diisi sejumlah larutan tertentu yang akan
ditentukan konsentrasinya juga dua hingga tiga tetes indikator. Pegang
kran buret dengan tangan kiri (bukan tangan kanan) dimana telapak
tangan menggenggam seluruh kran dan telunjuk-ibu jari bisa memutar
kran dari bagian dalam. Labu titrasi dipegang lehernya menggunakan
tangan kanan. Sambil menggoyangkan bagian bawah labu titrasi, kran
buret dibuka perlahan sampai mendekati titik ekivalen. Jika sudah dekat
titik ekivalensi, atur pengeluaran sedikit demi sedikit sampai menjelang
perubahan warna indikator, sebab setengah tetes pun akan sangat
berarti dalam menentukan titik akhir titrasi.
Cara Menggunakan Neraca
Neraca atau timbangan adalah alat untuk mengukur massa atau berat. Prinsip kerjanya adalah
kesetimbangan diantara dua piringan. Jenis neraca pada umumnya ditentukan oleh sensitifitas dan ketelitian,
necara teknis 0,1 - 0,001 gram, sedangkan neraca analitis < 0,0001 gram. Secara teknis, neraca sekarang
dibagi menjadi dua macam yaitu triple-beam balance (ayunan) dan top-loader balance (torsi), dan
pembacaannya secara elektrik atau digital.
Penggunaan neraca digital :
a. Siapkan neraca dan pastikan permukaan neraca bersih dari kotoran.
b. Letakkan objek yang ditimbang di bagian tengah neraca.
c. Tunggu sampai neraca menunjukkan angka yang stabil (tetap/tidak berubah, perubahan digit terakhir
masih diperbolehkan.
d. Bersihkan neraca setelah pemakaian.


Terima kasih sudah berkunjung di blog ku

Sunday, 18 November 2018

Laporan Praktikum Fisika Dasar Momen Inersia



LAPORAN FISIKA
MOMEN INERSIA


D
I
S
U
S
U
N


Oleh :
Nama  : DESI KURNIA WATI
NIM    : 118180011
Prodi   : Biologi
Kelas   : TPB 24














 INSTITUT  TEKNOLOGI  SUMATERA
LAMPUNG  SELATAN
2018

ABSTRAK


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui momen inersia dari silinder pejal dan bola pejal, serta pengaruh massa benda dan diameter benda terhadap besarnya momen inersia. Metode yang digunakan adalah menimbang dan mengukur, kemudian memasukkan data hasil pengukuran tersebut ke dalam rumus .
Dari hasil percobaan diperoleh hasil yaitu momen inersia rata-rata dari bola pejal adalah sebesar (24,32±0,1) gr.cm2. Sedangkan momen inersia rata-rata silinder pejal adalah (151.20±0,1) gr.cm2 dengan taraf ketidakpastian 0,41% dan 0,07%.
Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa semakin besar massa dan diameter benda maka momen inersianya pun akan semakin besar pula. Tetapi dalam penghitungan ini yang digunakan bukanlah rumus melainkan karena jika menggunakan rumus yang pertama maka hasil yang diperoleh adalah negatif.
Kami berharap percobaan ini dapat bermanfaat sebagai pembanding dalam percobaan yang sama dengan metode yang berbeda.
Kata kunci : Momen inersia







DAFTAR ISI












DAFTAR TABEL




















BAB I
PENDAHULUAN

I.1       Latar Belakang

Suatu benda dapat melakukan gerak melingkar jika pada benda tersebut bekerja sebuah momen gaya. Akibat momen gaya inilah timbul gerak rotasi dari gerak rotasi terjadi percepatan sudut, kecepatan sudut dan momen inersia serta momen gaya (torka).
Momen gaya adalah ukuran resistensi atau kelembapan suatu benda terhadap perubahan dalam gerak rotasi. Sedangkan momen inersia adalah gaya yang diberikan oleh benda untuk mempertahankan kecepatan awalnya.
Adapun rumus dari momen inersia adalah I = mr2. Momen inersia diberikan lambang I dengan demikian momen inersia dari sebuah partikel bermassa m didefinisikan sebagai hasil kali massa (m) dengan kuadrat jaraknya (r).
Hubungan momen inersia dengan farmasi adalah pada proses pembuatan tablet, dengan megetahui momen inersianya maka bisa diperkirakan baik dan tidaknya bentuk-bentuk tablet obat yang akan dihasilkan oleh mesin pencetak obat atau biasa disebut dengan proses granulasi yaitu pembuatan partikel-partikel gabunagn senyawa atau dengan yang lainnya.

I.2       Tujuan

a.       Menyelidiki hubungan antara percepatan sudut dengan momen inersia pada gerak rotasi
b.      Menentukan efek dari momen inersia pada percepatan benda bulat yang menggelinding pada bidang miring
c.       Menyelidiki hubungan momen inersia dengan periode pada system rotasi yang melakukan gerak harmonik sederhana
d.      Menentukan besar momen inersia bandul fisis dari periodenya.





BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


A. Teori Umum

Jika gaya-gaya yang didistribusikan terus menerus di atas permukaan tempat gaya-gaya tersebut bekerja, maka sering diperlukan untuk menghitung momen gaya-gaya ini terhadap suatu sumbu yang terletak pada atau tegak lurus terhadap bidang permukaan. Intensitas gaya (tegangan atau regangan) sering sebanding dengan jarak gaya dan sumbu momen. Gaya elementer[1] yang bekerja pada elemen luas dengan demikian sebanding dengan jarak dikalikan luas diferensial dan elemen momen sebanding dengan kuadrat jarak dikalikan luas diferensial. Karena itu kita lihat bahwa momen total mencakup suatu integral berbentuk ∫ (jarak)² d (luas).Integral ine dikenal sebagai momen inersia[2] (moment of inertia) atau momen kedua (second momen) dari luas (permukaan). Integral merupakan fungsi dari geometri permukaan dan sering ditemui dalam penerapan mekanika sehingga bermanfaat untuk mengembangkan sifat-sifatnya secara rinci dan untuk menjadikannya siap pakai bila ditemukan keperluan akan pekerjaan integral. (Kraige, 2007)
Kata “momen” berarti bahwa I tergantung pada bagaimana massa benda didistribusikan didalam ruang; ini tidak ada hubungannya dengan “momen” dari waktu. Untuk sebuah benda yang sumbu rotasinya dan massa totalnya kita ketahui, semakin besar jarak sumbu terhadap partikel yang menyusun benda, semakin besar momen inersianya. Pada benda tegar, jarak ri semua konstan dn I tidak tergantung pada bagaimana benda berotasi mengelilingi sumbu. Satuan SI unutk momen inersiaadalah kilogram-meter2 (kg.m2). (Freedman, 2000)

Telah ditunjukkan diatas bahwa kita dapat memperoleh momen inersia dari beberapa benda yang bentuknya beraturan tanpa menggunakan kalkulus.Perhitungan hanya dengan memanfaatkan analisa dimensi untuk mencari hubungan antara momen inersia dengan variabel yang mencirikan benda itu (seperti massa, panjang atau jari-jari) serta dengan memanfaatkan teorema sumbu sejajar dan tentu saja sifat simetri benda. (Djarot, 2003)


Cara lain menentukan momen inersia adalah dengan percobaan, seperti pada gambar diatas.
Missal kita akan menentukan momen inersia massa melalu suatu connecting rod, yang beratnya mg dan berat pusatnya dititik G. Connecting rod tersebut kita tumpu di o dan diayunkan dengan simpangan sudut yang kecil.
Dengan pengamatan kita dapat menentukan waktu untuk satu ayakan penuh, missal T detik. Menurut hukum Newton II, hubungan antara percepatan sudut dan momen terhadap titik o, adalah
-m .g .r .= Io .
















BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

3.2 Alat Dan Bahan

1.       Jangka sorong
2.      Mikrometer sekrup
3.      Mistar geser
4.      Neraca analitik
5.       Papan / bidang miring
6.      Stopwatch
7.       Kelereng
8.      Pipa (silinder berongga)

3.3 Prosedur Praktikum

1.             Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.             Di timbang massa silinder berongga dan kelerng menggunakan neraca analitik
3.             Ditentukan ketinggian papan penyangga yaitu 28,8 cm dan 19 cm
4.             Ditaruh kelereng pada ujung bidang dan diluncurkan sepanjang bidang miring (dilakukan sebanyak 3kali pada masing-masing ketinggian)
5.             Ketika kelereng dilepas, diukur waktunya. Begitu pula untuk pipa (silinder berongga) diluncurkan sepanjang bidang miring dan diukur waktunya (dilakukan sebanyak 3kali pada masing-masing ketinggian)
6.             Dibuat data dalam bentuk tabel





BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1   Data Hasil Pengamatan


Kondisi
Awal Praktikum
Akhir Praktikum
Temperatur
( 28 ± 0.5 )oC
( 29 ± 0.5 )oC
Kelembapan
( 80 ± 0.5 )%
( 81 ± 0.5 )%
Tekanan
( 695.45 ± 0.025 ) mmHg
( 696.15 ± 0.025 ) mmHg

Tinggi
(cm)
Kelereng
Pipa (silinder berongga)
t1
t2
t3

t1
t2
t3

19 cm
0,51
0,56
0,49
0,52
0,85
0,66
0,78
0,76
28,8 cm
0,48
0,41
0,42
0,43
0,63
0,73
0,59
0,65

IV.2    Pembahasan

Kata “momen” berarti bahwa I tergantung pada bagaimana massa benda didistribusikan didalam ruang; ini tidak ada hubungannya dengan “momen” dari waktu. Untuk sebuah benda yang sumbu rotasinya dan massa totalnya kita ketahui, semakin besar jarak sumbu terhadap partikel yang menyusun benda, semakin besar momen inersianya. Pada benda tegar, jarak ri semua konstan dn I tidak tergantung pada bagaimana benda berotasi mengelilingi sumbu. Satuan SI unutk momen inersiaadalah kilogram-meter2 (kg.m2). (Freedman;274)
Dalam percobaan momen inersia kita harus menyiapkan beberapa alat dan bahan agar pelaksaan praktikum berjalan lancar. Alat dan bahannya antara lain : dua benda (pipa dan bola), jangka sorong, mikrometer sekrup, mistar geser, neraca analitik, papan, dan stopwatch.
Selain alat dan bahan yang diperhatikan, cara kerjapun menjadi yang utama dalam percoban ini, adapun cara kerjanya adalah pertama-tama alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan, ketinggian penyangga ditentukan dan diukur, letakkan penyangga pada ketinggian yang diukur tadi (2 ketinggian) yaitu 19 cm dan 28,8 cm. Kelereng dan pipa (silinder berongga) diluncurkan dari atas bidang miring dan hitung waktunya menggunakan stopwatch, lalu catat. Untuk masing – masing sampel dilakukan peluncuran sebanyak 3kali.
Percobaan dilakukan sebanyak 3kali untuk mendapatkan data yang teliti dan untuk menghindari faktor “human error” yang biasa terjadi ketika melakukan praktikum (percobaan).
Adapun hasil dari percobaan ini antara lain pada ketinggian 19cm waktu yang dibutuhkan oleh kelereng untuk meluncur adalah 0,52 detik dan pipa 0,76 detik sedangkan ada ketinggian 28,8 cm kelereng meluncur selama 0,44 detik dan pipa selama 0,65 detik. Lalu ditempat lain diameter klereng dan pipa diukur. Kelereng diameter rata – ratanya adalah 16,37 mm dan diameter dalam pipa adalah 2,24 mm, sedangkan diameter luar pipa adalah 2 mm. kemudian pengukuran massa kelereng dan pipa (silinder berongga) dengan menggunakan neraca analitik hasilnya adaah pipa massanya 14,533g dan kelereng massanya 5,412g.
Hubungan farmasi dengan percobaan ini adalah ketika pembuatan tablet obat momen inersia sangat dibutuhkan sekali karena dengan mengetahui momen inersianya maka bisa diperkirakan baik dan tidaknya bentuk – bentuk tablet obat yang akan dihasilkan oleh mesin pencetak obat atau biasa disebut dengan metode granulasi yaitu pembuatan partikel – partikel gabungan senyawa satu dengan yang lainnya.
Faktor yang menyebabkan adanya kesalahan dalam melakukan percobaan antara lain :
1.      Kurang telitinya pengamat / praktikan dalam menentukan ukuran / tinggi dari bidang miring
2.      Kurang terampilnya praktikan dalam melakukan percobaan
3.      Kurangnya alat – alat yang tersedia dalam lab
4.      Kereleng atau pipa yang tidak bulat sempurna.





BAB V

KESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data :
1)             Momen inersia
Kelereng
145 x 10-7 kgm2
Pipa                     
9,01 x 10-7 kgm2
2)             Percepatan sudut untuk h = 19 cm
Kelereng  
3,16 m/s2
Pipa                     
6,618 m/s2
3)             Percepatan sudut untuk h = 28,8 cm
Kelereng  
 4,76 m/s2
Pipa                     
3 m/s2
4)             Sudut untuk h = 19 cm
Kelereng              
 7,67 x 10-3
Pipa                     
 5,47 x 10-3
5)             Sudut untuk h = 28,8 cm
Kelereng              
0,011
Pipa                     
7,85 x 10-3                       





DAFTAR PUSTAKA

Djarot, B. (2003). diktat statistika struktur I. Malang: Tiga Serangkai.
Freedman, Y. &. (2000). Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.
Kraige, L. (2007). Mekanika Teknik Edisi Kedua Statika Jilid I Versi SI. Jakarta: Erlangga.





[1] Gaya elementer adalah gaya elektromagnetik dan prinsip perkecualian Pauli yang beraksi bersama-sama untuk mengembalikan objek ke posisi keseimbangan.
[2] Momen Inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya.

Hukum II Newton

HUKUM II NEWTON A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Untuk memverifikasi Hukum II Newton 2. Memahami Hukum II Newton B. ALAT DAN BAHAN 1. Type At...